Minggu, 14 April 2013

Real Story: Suka Dukanya Menjadi Pramugari

Dunia penerbangan Indonesia kembali dirundung masalah menyusul jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Badung, Bali. Dan rasanya momennya pas bagi saya untuk menjelaskan sedikit "jeroan" dunia penerbangan komersial, dalam hal ini mengenai pramugari.

Selama ini pandangan masyarakat terhadap pramugari masih sangat awam. Banyak juga cibiran tentang pekerjaan mereka yang "mudah" tetapi kok digaji besar? Seorang sahabat dekat yang kebetulan kini adalah seorang pramugari maskapai asing papan atas menceritakan semuanya kepada saya:

Banyak yang mengira pekerjaan pramugari amatlah mudah, yaitu hanya menyajikan makanan dan minuman kepada penumpang. Apabila demikian mengapa setiap pramugari minimal harus mengikuti pelatihan yang berat selama 3 bulan sampai 6 bulan dan apabila dibutuhkan, diadakan training refreshment in house yang tak kalah beratnya setiap 2-3 bulan sekali?

Menyajikan makanan dan minuman hanyalah "tugas sampingan" pramugari. Tugas utamanya adalah sebagai awak kabin yang bertanggung jawab terhadap keselamatan penerbangan. Pesawat tidak akan terbang kalau pramugari belum menutup pintu pesawat. Ada beberapa hal yang menyebabkan pramugari tidak mau menutup pintu pesawat, semisal penumpang yang berulah seperti menggunakan ponsel di pesawat padahal itu dilarang. Penumpang tersebut sudah diberi pengertian baik-baik, namun tetap bersikukuh tidak mau mematikan ponselnya maka pesawat tidak akan terbang sebelum penumpang tersebut mematikan ponselnya atau bahkan "diusir" keluar dari pesawat.

Atau bahkan saat pesawat mendarat darurat lalu kemudian crash, pramugarilah yang bertanggung jawab menyelamatkan penumpang. Walau ada potensi pesawat meledak karena tangki bahan bakar bocor, itu bukanlah menjadi alasan pramugari untuk lari menyelamatkan diri. Dalam keadaan seperti ini pramugari haruslah menjadi yang terdepan menyelamatkan penumpang. Jadi jangan heran kalau pramugari yang terlihat cantik, anggun, wangi terlihat kuat saat membopong penumpang untuk evakuasi penyelamatan. Beruntungnya, airline ini tidak pernah mengalami hal seperti demikian

Untuk itu maka pelatihan pramugari tidak main-main beratnya, karena para pramugari harus menguasai seluk-beluk pesawat yang mereka awaki agar mendapat lisensi terbang untuk setiap tipe pesawat yang dimiliki airlines dan itu harus diperbaharui (ujian lagi) setiap tahun. Kalau tidak berhasil lulus proses re-licensed maka tanpa ampun harus resign (mengundurkan diri).

Seorang pramugari juga harus bisa menjadi banyak karakter seperti dokter, perawat, psikolog dan lain-lain sekaligus. Pramugari amat senang akalu bisa menjadi teman berbincang para penumpang kala "situasi aman", maksudnya saat penerbangan lancar-lancar saja. Sering pramugari menjadi tempat curhat penumpang yang (bahasa gaulnya) "galau". Biasanya ini terjadi saat kami menawarkan bantuan "What can I do for you...".
Atau bahkan saat ada penumpang yang tiba-tiba melahirkan di pesawat. Pramugarilah yang bertugas membantu persalinannya apabila diantara penumpang tidak ada yang mengantongi sertifikat dokter.

Saat itu penerbangan ke San Fransisco, tiba-tiba di atas Samudera Pasifik ada penumpang perempuan yang melahirkan mendadak. Untunglah saat itu ada seorang penumpang yang juga dokter dan para pramugari menjadi "asistennya" membantu kelahiran bayi. Rasanya amat terharu saat terdengar tangisan bayi dan para penumpang lainnya bertepuk tangan meriah dan memberi ucapan selamat bagi para pramugari, dokter tersebut, dan khususnya ibu yang melahirkan tersebut.

Menjadi pramugari international flight banyak keuntungannya karena bisa membuka dan memperluas wawasan kita. Kita bisa menemukan dan mempelajari budaya baru dari negara-negara yang dikunjungi. Pramugari selalu senang apabila bertemu penumpang dari berbagai suku bangsa lain karena dari situlah kita bisa belajar budaya mereka.

Dengan menjadi pramugari, rasanya mudah untuk menakar tingkat peradaban suatu bangsa. Dan sayangnya, Indonesia tidak termasuk dalam bangsa yang beradab. Hal ini bisa diketahui saat akan memasuki atau turun dari pesawat. Penumpang warga negara asing selalu membalas senyum dan salam pramugari yang menyambut mereka di depan tangga pintu pesawat, sedangkan penumpang warga negara Indonesia selalu bersikap cuek dan langsung ngeloyor begitu saja tanpa senyum.

Cuaca di angkasa sekonyong-konyong amat cepat berubah walau terlihat cerah. Kita tidak akan pernah tahu kalau tiba-tiba terjadi turbulence (guncangan) walau langit cerah. Saat pramugari menyajikan hidangan atau ada penumpang yang tiba-tiba ingin diambilkan makanan dan minuman, tiba-tiba terjadi turbulence dan makanan atau minuman tersebut tumpah mengotori pakaian penumpang. Apa yang terjadi? Kalau penumpang warga negara Indonesia akan secara refleks marah-marah atau memaki bahkan saat pramugari sudah meminta maaf. Beda halnya dengan penumpang warga asing, mereka bisa mengerti dan berkata "It isn't a big problem" seraya tersenyum menerima permintaan maaf kami. Saya pernah mengalaminya pada saat penerbangan perdana setelah resmi diangkat menjadi pramugari. Katanya Indonesia berperadaban tinggi sejak zaman nenek moyang dan menjunjung tinggi budaya ketimuran, kok yang demikian saja tidak mau menerima permintaan maaf?

Yang namanya pramugari memang identik dengan hidup kelas atas karena mempunyai penghasilan yangt tidak sedikit. Di samping penghasilan pokok juga ada tunjangan lain dan "uang terbang" dan juga fasilitas menginap di hotel berbintang di kota tujuan penerbangan. Oleh karena itu tidak heran kalau pramugari sering bergaul dengan kalangan sosialita.

Hal ini bisa membawa efek positif dan negatif. Positifnya, dengan bertemu mereka secara tidak langsung bisa menimbulkan keterikatan kaum kelas atas tersebut dengan airlines, sebab pramugari juga mengemban fungsi sebagai public relations. Dan negatifnya, bisa mengundang pramugari bersikap nyeleneh seperti misalnya "menyambi kerja" di area dewasa yang bisa mencoreng nama baik airline. Kalau ketahuan, yang seperti ini bisa langsung dipecat. Dan bagusnya, di airline ini tidak pernah terdengar yang seperti itu."

Pramugari yang terlihat anggun, cantik bagai bidadari serta membuat banyak pasang mata di bandara melongo saat melihat mereka menarik kopernya, ternyata adalah wanita perkasa. betapa wajah dan penampilan bisa amat sangat menipu. Siapa sangka, dibalik kcantikan dan perangai mereka yangt murah senyum ada tanggung jawab yang besar yang bahkan saya sendiri merasa tidak mampu dan tidak berani memikulnya!
(gambar hanya ilustrasi)

Tidak ada komentar: